Friday, February 6, 2009

Mau Sukses Ujian ?? Yang Penting Tenang Bozz...

Suatu ketika di sebuah bengkel kayu, seorang pekerja sedang bertugas memasah balok kayu yang belum dibentuk. Untuk mempermudah pekerjaannya, ia melepas arloji kesayangan yang melingkar di tangannya dan meletakkannya di atas tumpukan kayu. Beberapa saat kemudian secara tidak sengaja pekerja itu menyenggol arlojinya hingga jatuh ke dalam tumpukan kayu. Ia pun bersama kawan-kawannya sesama pekerja beramai-ramai berusaha keras mencari arloji itu selama hampir dua jam, namun mereka tidak dapat menemukannya sama sekali. Hingga akhirnya pekerja itu beserta kawan-kawannya terduduk lelah dan mulai menyerah. Di luar bengkel itu ada seorang anak kecil yang sedang bermain. Ia mendengar keramaian para pekerja yang mencari arloji. Saat mereka lelah dan beristirahat, anak kecil itu memberanikan diri mencari arloji itu, dan hanya dalam waktu kurang dari lima menit ia berhasil menemukan arloji yang terjatuh dalam tumpukan kayu tersebut. Melihat itu para pekerja heran, dan mereka bertanya bagaimana caranya anak kecil itu mampu menemukan arloji yang dicari-cari ? Anak kecil itu menjawab “tidak ada yang istimewa, ketika anda semua beristirahat tadi, di dalam keheningan aku mendengarkan suara detak arloji sehingga aku tahu dimana ia jatuh “.
Tanpa kita sadari, kita sering bersikap seperti para pekerja itu dalam menghadapi segala sesuatu. Ketika kita harus menghadapi tantangan di depan mata, yang muncul di benak kita adalah ketakutan-ketakutan, kekuatiran-kekuatiran, kepanikan, dan segala macam pertimbangan yang berujung pada ketidakyakinan. Akibatnya kita jadi tidak bisa melihat inti sebenarnya dari apa yang kita hadapi dan otomatis kita juga tidak dapat menemukan solusinya. Secara psikologis, kita sering larut dalam tekanan permasalahan sehingga permasalahan itu justru mampu mengaburkan kemampuan kita dalam menghadapinya. Sigmund Freud yang membagi manusia menjadi tiga unsur, yakni “super ego” (unsur tertinggi yang berkaitan dengan pengendalian diri), “ego” (unsur kedua yang berkaitan dengan naluri alami tetapi dalam batas tertentu masih bisa dikendalikan), dan “id”(unsur ketiga yang berkaitan dengan nafsu dan naluri) menganggap bahwa ketika kita panik, maka unsur “id” yang sedang menguasai kita, dan unsur “super ego” menjadi tidak lagi terlihat. Maka kemudian pengendalian diri adalah sesuatu yang mutlak untuk dilakukan. Itulah mengapa konsep berdoa, meditasi, berpuasa, atau laku prihatin dalam budaya kita menjadi sangat penting. Tujuannya adalah melatih kita untuk mengendalikan diri dan tenang dalam berbagai situasi.
Jika kita tenang, maka simpul yang rumit akan terlihat jalinannya. Sebaliknya bila kita panik, maka simpul itu akan terlihat seperti gerendel yang tak akan bisa dibuka. Jika kita tenang, kita akan bisa melihat solusi dan hikmat di balik masalah. Jika kita tenang dalam menghadapi ujian, maka soal yang sulit akan membuat kita terpacu untuk mengeluarkan potensi terbaik kita. Dan sebaliknya jika kita panik, tegang, dan nervous, maka soal yang mudah pun justru akan terlihat sulit di mata kita. Milikilah ketenangan dalam segala hal, maka kemenangan akan bersahabat dengan kita. So,mau sukses ujian ?? yang penting tenang bozz..(ydk@2008)


 


Design by: Pocket
This template is brought to you by : allblogtools.com Blogger Templates