“to be trusted is a greater compliment than being loved” – George MacDonald
Ya, mempercayai jauh lebih sulit daripada mencintai, dan menjadi dipercaya jauh lebih sulit daripada dicintai. Bukankah percaya itu bagian dari cinta ?? Lalu apa masalahnya ?? Realitasnya, lebih mudah bagi kita mengatakan “saya mencintai kamu” daripada “saya percaya kamu”, bukankah begitu ?? Sebagai manusia, kita mudah simpati, suka bahkan cinta dengan seseorang, tapi untuk percaya ?? Nanti dulu..
Orang bilang bisa terjadi cinta pada pandangan pertama, tapi percaya pada pandangan pertama, bisakah ?? hahaha, akan sangat luar biasa jika anda mampu melakukannya,karena benar bahwa percaya tidak semudah membalik telapak tangan. Ada dua unsur di dalamnya, yakni proses dan waktu. Proses itu akan terlihat jika seseorang melakukan sesuatu atau banyak hal yang menunjukkan bahwa dia teguh dan mampu dipercaya melewati momen-momen tertentu. Sementara waktu akan menjadi ujian dimana kepercayaan itu dibangun di dalam rentangan waktu yang tidak hanya sekejap. Well, saya tidak akan membahas bagaimana alur kepercayaan itu dibangun, karena jawabannya tergantung dari persepsi dan situasi anda masing-masing. Saya hanya ingin mengajak anda berefleksi, bahwa kepercayaan itu bagai pedang bermata dua, memiliki dua sisi yang bisa mengangkat sekaligus menjatuhkan, membangun sekaligus menghancurkan.
Jika kita memiliki kepercayaan pada seseorang atau sesuatu, maka kita akan menjadi orang yang menutup mata dan telinga dari hal-hal yang bisa menghancurkan kepercayaan itu, baik itu berasal dari orang lain atau diri kita sendiri. Orang lain punya persepsi sendiri terhadap apa yang kita percaya, mereka memiliki tendensi, pikiran bahkan tuduhan yang mungkin saja menggoyahkan kepercayaan kita itu. Sementara kemudian jika di hati kita mulai muncul pertanyaan-pertanyaan dan keraguan-keraguan, pikiran kita mulai menerka-nerka, hingga menyelidik penuh curiga, maka itu artinya kepercayaan kita mulai terkikis pelan-pelan oleh diri kita sendiri. Saya memberi contoh ketika seorang istri percaya pada suaminya yang kerap bekerja hingga larut malam, maka ia akan menghadapi tantangan berupa persepsi orang lain yang kebanyakan negatif tentang suaminya, sehingga kemudian ia mulai merangkai adegan-adegan negatif dalam bayangannya sendiri didasarkan pada ketakutan-ketakutan akan hal-hal tersebut. Hal ini juga berlaku pada kepercayaan kita terhadap sosok Tuhan, kekuatiran dan ketidakmampuan kita memahami caraNya akan membuat kita ragu akan keberadaanNya.
Maka ketika kita percaya, adalah baik kita menjadi buta dan tuli. Dengan kata lain kita fokus pada kepercayaan kita itu, bahwa percaya artinya yakin tanpa tendensi dan ketakutan apalagi kecurigaan. Jangan biarkan pikiran-pikiran negatif itu mempengaruhi penilaian kita karena kita yang mengenal dan mempunyai pengalaman bersama dengan orang tersebut. Kepercayaan itu akan berbalas kebaikan ketika orang yang kita percaya merasa dipercayai, sehingga ia akan cenderung berhati-hati untuk menjaga kepercayaan itu. Semoga,,karena idealnya begitu hahaha :-)
Sebaliknya jika kita sudah tidak percaya, maka bersiap-siaplah menghadapi berbagai kemungkinan yang tidak mengenakkan. Sekalipun seseorang melakukan kebenaran, maka tidak akan ada gunanya karena di mata kita yang ada adalah pikiran-pikiran curiga dan negatif tentangnya. Ketakutan dan kecurigaan itu akan senantiasa membayangi hidup kita. Dan saya jamin tidaklah mengenakkan jika hidup dengan pikiran-pikiran negatif, ketakutan atau kecurigaan dengan orang lain. Pikiran-pikiran itu lambat laun akan membuat kita frustasi, tanpa kita sadari kita akan kehilangan sifat asli dan jati diri kita. Yang ada setiap langkah kita akan dikendalikan oleh kemarahan yang dipicu oleh ketakutan, kecurigaan dan bayangan-bayangan negatif itu. Ketenangan hidup lama-lama akan menjauh dari kita, dan pelan-pelan bahkan akan membuat kita kehilangan banyak hal yang kita anggap berharga, atau yang terekstrim akan juga membawa kehancuran bagi kita.
Jika kita menjadi orang yang dipercaya, maka tantangan kita adalah untuk menjaga kepercayaan itu, sekalipun kita jatuh, tapi kebangkitan adalah sebuah keharusan. Karenanya ketika kita tidak dipercaya, kita punya tanggungjawab untuk membuktikan diri..itu yang susah kan ??
Nah, tidak percaya membuat hidup kita tidak tenang, meski di satu sisi kita aman karena kita tidak menghadapi banyak resiko. Tetapi pondasi sosial kita lemah karena bagaimanapun hubungan horisontal dan vertikal membutuhkan timbal balik dalam bentuk kepercayaan. Sebaliknya, percaya membuat kita menjadi kuat sekaligus lemah. Percaya membuat kita mempunyai harapan, sandaran dan kekuatan. Sementara juga ketika kita percaya maka itu berarti kita mempunyai peluang untuk terluka, kecewa maupun mengalami kepahitan ketika kepercayaan itu rusak. So, manakah yang anda pilih, percaya atau tidak percaya ?? (ydk)
Selengkapnya...
Tuesday, January 11, 2011
Percaya atau Tidak Percaya ??
Subscribe to:
Posts (Atom)